ROMANTISME DALAM NOVEL
2.1
Tinjauan Tentang Novel
2.1.1 Pengertian Novel
Terminologi novel berasal dari kata bahasa Latin, yaitu novellus yang mana kata tersebut
merupakan turunan dari kata novies
yang berarti “baru” (Tarigan, 2015: 167). Arti kata tersebut tentu saja merujuk
pada kelahiran novel sebagai karya sastra yang muncul kemudian jika
dibandingkan dengan puisi dan cerpen. Novel merupakan bentuk prosa, genre
sastra selain dari puisi dan drama. Menurut Warsiman (2017: 129) novel
merupakan sebuah prosa naratif fiksional. Artinya bahwa novel merupakan sebuah
karya sastra yang menceritakan kisah fiksi. Sedangkan Priyanti (2010: 126),
menyatakan bahwa novel adalah salah satu dari sekian banyak karya fiksi berbentuk cerita rekaan yang menyampaikan
suatu cerita tentang kehidupan pelaku dan cerita yang dapat diamati dan
dihayati oleh pembaca.
Novel juga merupakan
prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Prosa fiksi (novel) dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun prosa fiksi (novel)
dari dalam seperti alur, tema, plot, amanat dan lain-lain. Sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur yang membangun sastra dari luar seperti pendidikan,
agama, ekonomi, filsafat dan psikologi.
Novel atau sering disebut roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dengan ukuran panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
nyata yang respresentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau
atau kuat. Secara umum novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan perwatakan tokoh
dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang berbeda
dari sebuah naratif yang dibangun (Warsiman, 2017:129). Dalam arti luas, novel
adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang lebih luas. Ukuran yang luas
disini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak,
tema atau permasalahan yang luas ruang lingkupnya, suasana cerita yang beragam,
dan latar yang beragam pula. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa novel merupakan sebuah hasil karya sastra yang berjenis
narasi yang mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik karya fiksi yang mana
kehadirannya dapat memberikan gambaran atau pemahaman akan cara berada melalui
alur cerita. Cerita fiksi ini lahir dari sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah
realitas atau fenomena-fenomena kehidupan yang dilihat dan dirasakan.
2.1.2 Ciri-Ciri Novel
Tarigan (2015: 173-175), secara umum membuat perbedaan antara cerpen dan novel. Perbedaan
itu merupakan ciri khas atau keunikan dari kedua karya sastra tersebut. Namun
dalam poin ini akan dijabarkan mengenai ciri khas novel. Adapun ciri khas novel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jumlah katanya harus lebih dari 35.000 kata
2. Minimal
100 halaman
3. Waktu
untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit
4. Ceritanya
memiliki pengaruh, efek dan juga emosi
5. Memiliki
alur cerita yang cukup kompleks
6. Ceritanya
panjang dan terdapat beberapa kalimat yang berulang-ulang
7. Ruang
lingkup cerita yang ada dalam novel lebih luas
8. Novel
ditulis dengan kalimat narasi, lalu diperjelas dengan kalimat deskriptif sehingga
pembaca jadi tahu seperti apa situasi dan kondisi yang dialami tokoh dalam
novel tersebut
2.1.3 Jenis-Jenis Novel
Ada
beberpa jenis novel yang kan diuraikan dalam poin ini, yakni:
1.
Jenis Novel Berdasarkan Nyata atau
Tidaknya Kejadian:
a. Novel
Fiksi adalah novel yang tidak nyata atau tidak tidak terjadi pada kehidupan
nyata
b. Novel
Non-Fiksi adalah novel yang pernah ada atau nyata adanya
2.
Jenis Novel Berdasarkan Genre Ceritanya:
a. Novel
Romantic adalah novel yang berupa kasih sayang dan cinta
b. Novel
Horor adalah novel yang berisi tentang hal yang menyeramkan
c. Novel
Komedi adalah novel yang berisi hal lucu
d. Novel
Inspiratif adalah novel yang berisi kisah inspiratif
3.
Jenis Novel Berdasarkan Isi dan Tokoh:
a. Novel
Teenlit adalah novel yang berisi tentang remaja
b. Novel
Chicklit adalah novel yang berisi tentang perempuan muda
c. Novel
Songlit adalah novel yang diambil dari sebuah lagu
d. Novel
Dewasa adalah novel yang berisi tentang cerita orang dewasa
2.1.4 Unsur-Unsur Novel
Unsur dari novel terdiri dari dua bagian yakni unsur
intrinsik dan ekstrensik. Kedua unsur tersebut dapat dijabarkan demikian:
1. Unsur
Intrinsik Novel
Unsur
intrinsik novel merupakan aspek pendukung cerita dalam sebuah novel. Menurut
Nurgiyantoro (2013: 30), unsusr intrinsik novel merupakan unsur-unsur yang
kehadiranya membangun karya sastra itu sendiri, unsur yang membangun cerita.
Unsur-unsur itu meliputi: cerita, tema,
tokoh, penokohan, plot, setting, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan lainnya
(Warsiman, 2017: 134-135). Adapun penjelasan dari aspek pendukung novel itu
adalah demikian:
a. Tema
merupakan ide pokok yang menjiwai seluruh cerita atau sering dikatakan sebagai
pokok permasalahan suatu novel
b. Tokoh
dan penokohan. Tokoh merupakan salah satu yang disajikan pengarang dalam
susunan cerita. Ada beberapa jenis tokoh dalam sebuah novel, yakni:
1. Tokoh Utama
dan Tokoh Tambahan
2. Tokoh
protagonis dan antagonis
3. Tokoh
sederhana dan tokoh bulat
4. Tokoh statis
dan tokoh berkembang
5. Tokoh tipikal
dan netral
Sedangkan
menurut Ahadiat (2007:36) penokohan adalah bagaimana cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah prosa. Penokohan
atau sering dikenal dengan karakterisasi atau perwatakan.
c. Alur
merupakan kumpulan peristiwa yang membentuk jalan cerita dalam suatu novel.
Biasanya alur dibedakan menjadi dua yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju
merupakan alur yang bergerak maju secara bertahap sesuai urutan kronologis
sebuah cerita, sedangkan alur mundur merupakan alur yang menampilkan peristiwa
masa lalu karena berkaitan dengan peristiwa yang sedang berlangsung
d. Gaya
Bahasa adalah kemampuan pengarang dalam menceritakan situasi dan kondisi yang
berlangsung dalam suatu novel. Adapun gaya bahasa yang sering dipakai dalam
novel adalah personafikasi, simile dan hiperbola. Personafikasi merupakan gaya
bahasa yang mendeskripsikan benda mati seperti seorang manusia, dengan cara
menggunakan berbagai macam kata sifat. Berbeda dengan simile merupakan gaya
bahasa yang mendeskripsikan sesuatu objek atau kejadian dengan perumpamaan.
Sedangkan hiperbola merupakan gaya bahasa yang sengaja mendeskripsikan suatu
hal dengan berlebihan
e. Lattar
(setting) adalah gambaran agar pembaca tahu seperti apa situasi dan kondisi
yang berlangsung dalam suatu cerita. Latar bisa berupa latar waktu, latar
tempat, latar suasana
f. Sudut
pandang merupakan cara pandang pegarang terhadap berbagai kejadian yang
berlangsung dalam novel
g. Amanat
merupakan sebuah pesan moral yang ditujukan untuk para pembacanya
2. Unsur
Ekstrinsik Novel
Unsur ekstrinsik novel merupakan unsur pembangun novel yang berada di luar
karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
dari teks sastra tersebut (Nurgiyantoro, 2013: 30). Unsur ini meliputi latar belakang pengarang, adat istiadat, pandangan
hidup, situasi politik, ekonomi, sejaran dan pengetahuan agama.
Beberpa unsur tersebut dapat dijabarkan demikian:
a. Biografi
pengarang sangat berpengaruh pada isi cerita dalam suatu novel
b. Situasi
dan Kondisi merupakan salah satu unsur yang bisa mempengaruhi hasil karya novel
c. Nilai-nilai
dalam cerita seperti nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika
dan lain sebagainya. Nilai moral yaitu berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti
baik buruk. Nilai sosial hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam
kehidupan masyarakat (misalnya saling memberi, menolong, dan tenggang rasa).
Nilai budaya konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam
kehidupan manusia (misalnya adat istiadat, kesenian, kepercayaan, upacara
adat). Nilai estetika nilai yang berkaitan dengan seni.
2.Romantisme
a.
Pengertian
Terminologi romantisme berasal dari bahasa Prancis
yakni “romans”. Term tersebut
memiliki arti vernacular atau diterjemahkan
dengan kata “asmara”.
Pada abad pertengahan (mediovel),
romantisme diartikan sebagai sebuah kisah ksatria yang ditulis dalam salah satu bahasa cinta, biasanya
terdapat didalam ayat, dan sering mengambil bentuk sebuah pencarian, penggunaan
kata-kata asmara dan romantis dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut bertujuan
untuk menggambarkan intensitas pengalaman emosional seseorang.
Berdasarkan
studi historisitas, romantisme sendiri muncul pada abad ke-18 dan ke-19. Pada saat itu
terminologi romantisme
digunakan sebagai pengalaman intelektual seseorang (Heath and Judy Borehan, 2002 : 1)
Romantisme merupakan sebuah gerakan dalam
filsafat yang menentang aliran seni neoklasikisme yang sudah berpuluh-puluh
tahun lamanya bertumbuh dan ada di Prancis. Nama romantik sendiri berasal dari terminologi romans,yaitu narasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari
sastra abad pertengahan dan romantik. Gerakan ini mengangkat tema seni besar
seperti gerakan rakyat, alam, dan kebiasaan serta menganjurkan epistemologi
atau pengetahuan yang mendasar pada kosmos dalam bentuk bahasa, kebiasaan, dan
tradisi. Arya-karya yang dilahirkan tentu mengandung unsur atau nilai
estetikanya. Kaum romantisme menentang aliran seni neoklasikisme sebab aliran
ini lebih menekankan akal atau rasionalitas dalam
berkarya, menampilkan tema-tema cerita klasik, dan tidak menonjolkan peranan
unsur pribadi.
Aliran ini muncul pada abad ke-18, namun
pengaruhnya masih dapat dirasakan dalam dunia postmodern kini. Pelopor gerakan
romantisme ini adalah Theodore Gericault pada tahun 1971-1824. Romantisme
merupakan aliran yang menggunakan prinsip bahwa karya sastra merupakan cerminan
kehidupan realistik yang menggambarkan kehidupan manusia yang berliku-liku
dengan menggunakan bahasa yang indah sehingga dapat menyentuh emosi pembaca.
Keindahan menjadi fokus utama dalam romantisme (Endaswara, 2003 : 33). Aliran
romantisme lebih mementingkan curahan perasaan yang indah dan menggetarkan jiwa.
Aliran ini di cirikan oleh minat pada alam, latar di masa lalu, kemurungan,
kesedihan, kegelisahan serta kespontanan dalam pemikiran, tindakan yang jauh
dari realita.
Menurut Sumarjo (2006: 243), romantik
merupakan sebuah terminologi dalam kesusasteraan untuk mengambarkan karya
perasaan yang mendalam ketimbang segi intelektualnya. Karya sastra romantik ini
acapkali mengandung pemujaan terhadap keagungan baik dalam pelukisan karakter, pelukisan
peristiwa, maupun suasana sehingga jauh dari pemahaman realita. Romantisme
adalah aliran karya sastra yang mengedepankan perasaan, sehingga obyek yang
dikemukaan tidak lagi original, tetapi sudah bertambah dengan unsur perasaan si pengarang (Oktavia, 2010). Menurut Damono
(2005: 18) menyatakan dengan gamblang bahwa, romantisme merupakan gerakan
kesenian yang mengunggulkan perasaan (emotion,
passion) dan imajinasi serta intuisi. Sedangkan dalam kamus Filsafat,
romantisme mengandung beberapa pengertian utama. Pengertian tersebut dapat
diuraikan demikian (Bagus, 1996: 956):
(a)
letak penekanan dalam aliran romantisme
adalah pencerapan (sensasi)
langsung dan perasaan-perasaan yang kuat yang timbul karena kosmos atau
peristiwa dalam kosmos,
(b) kecendrungan mempersonifikasikan alam dan
kecendrungan untuk secara emosional mengidentikan diri dengan proses-proses dan
kekuatan-kekuatan alam,
(c) penekanan
terhadap keunikan,
(d) kebencian terhadap
hal yang teratur, rasional, intelektual, dan moderat, (e) hasrat akan kebebasan.
Berangkat
dari pengertian romantisme yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa romantisme merupakan sebuah aliran dalam filsafat dan
juga sebuah gerakan seni sastra yang mana mengedepankan keindahan ketimbang
rasionalitas manusia. Keindahan tersebut dapat diekspresikan melalaui aneka
karya seni dan sastra.
b. Ciri-Ciri
Romantisme
Romantisme yang adalah sebuah aliran dalam
kesusasteraan memilki beberapa ciri utama. Ciri-ciri tersebut adalah kembali ke
alam, individual, primitif, sentimental, dan melankolik (Darmono, 2005: 153).
Kelima ciri tersebut dapat diuraikan secara singkat demikian:
a. kembali
ke alam
Adagium kemabli ke alam
atau “Back to Nature” adalah sebuah
cetusan pemikiran dari seorang filsuf kondang dari Prancis yakni, Jean Jacques
Rousseau (1712-1778). Ia mengajak manusia agar berpulang ke alam. Menurutnya
segala sesuatu yang dekat dengan alam dan murni, yang indah dan baik, dapat
dilihat, dirasakan maupun didengar itulah yang dinamakan kembali ke alam.
Selain itu, alam dapat digunakan sebagai sesuatu yang mendukung dan menentukan
perasaan hati manusia. Perasaan hati yang muncul bergantung pada kondisi alam yang terjadi saat itu. Bagi kaum
Romantik keindahan kosmos adalah corak khas pada zaman romatisme.
b. kemurungan
atau melankolis
Kemurungan atau sering
dikenal dengan melankolis merupakan sebuah unsur penting bagi seorang pengarang
novel. Sebab dengan kemurungan diyakini seorang penulis novel dapat menemukan
inspirasi dalam menulis. Dengan demikian, kemurungan menelurkan sebuah hasil
karya yang berciri romantis. Disamping itu menekankan kemurungan dan suram
dapat menjadikan novel menjadi lebih hidup. Biasanya tema kemurungan lebih
bersifat melankolis.
c. primitivisme
Primitivisme adalah
sebuah paham yang lebih merujuk kepada hal-hal alamiah, yaitu bebas dari
rasionalitas, peraturan-peraturan, konvensi-konvensi budaya yang komplek dan
lain sebagainya. Kaum primitivis menghimbau kembalinya rasa cinta tanah air
serta meratapi hilangnya kemegahan masa lalu. Primitivisme dapat diartikan juga
bahwa kehidupan yang ada di desa jauh lebih layak dan baik sebab mereka selalu
mendekatkan diri terhadap kosmos. Hal tersebut tentu saja berbanding terbalik
dengan kehidupan di kota yang mana selalu dihantui dengan kejahatan-kejahatan
sosial.
d. sentimentalis
Sentimentalisme
merupakan sebuah ekspresi diri dalam hal ini ungkapan emosi yang ditujukan
secara berlebihan dan tidak pada lokusnya. Dalam sebuah karya sastra dalam hal
ini novel, ungkapan emosi diuangkapkan atau digambarkan dengan birahi dan
bercorak natural.
e. individualis
Pengarang romantik dalam
mpengaktualisasian diri berupa karya sastra yakni novel tidak hanya cenderung
bergulat seputar perasaan serta dunia mimpi semeta tetapi juga harus mencari
dan menemukan pengalaman emosional dalam dunia eksternal. Dalam fase ini, seseorang
tokoh sering merasakan tenggelam dalam keinginan maupun emosi yang dipengaruhi
oleh himbauan sugesti dan misteri. Sehingga menjadikan karya sastra lebih
supernatural dan lebih terlihat keindahannya. Jadi, keindahan selalu
ditampilkan dalam sebuah karya seorang pengarang.
c. Aspek Romantisme
Romantisme novel
memiliki aspek penting di dalamnya. Aspek romantisme merupakan sebuah ciri khas
yang membedakan kesusastraan novel romantik. Aspek romantisme meliputi aspek
intensitas emosional, aspek percintan, dan aspek ekspresi. Penjabaran dari ketiga aspek itu
adalah demikian:
1.
Aspek Intensionalitas emosional
Intensionalitas emosional terdiri dari dua suku kata
yakni intensionalitas dan emosional. Terminologi intensionalitas berasal dari
kata bahasa inggris yakni intentionality.
Terminologi ini dapat diartikan dengan sebuah kemampuan kesadaran untuk
menghasilkan suatu obyek mental yang tidak harus ada di dunia luar, menerapkan
isinya pada kenyataan, dan mengarahkan kegiatan menuju hasil (Bagus, 1996:
362). Tokoh terkemuka dalam pandangan
ini adalah Husserl dan juga Brentano. Menurut Brentano, intensionalitas
mencirikan seluruh realitas psikis sebagai intensional artinya menyangkut
tingkah laku manusia yang bersebab dan berakibat. Sedangkan emosional merupakan
gambaran karakteristik manusia yang menyentuh perasaan. Dengan demikian,
intensitas emosional merupakan sebuah tingkatan perasaaan seseorang. Tingkatan
perasaan itu digambarkan oleh pengarang dalam novel yang mana memiliki tujuan
untuk menghidupkan cerita dalam setiap alur cerita. Novel romantisme juga
memiliki aspek ini. Aspek intensitas emosional menurut Golemen (dalam Ali dan
Asrori, 2008: 62-63) meliputi: amarah, kesedihan, rasa takut, jengkel,
terkejut, dan lain sebagainya.
- Aspek percintaan
Cinta
merupakan sebuah ungkapan atau ekspresi diri seseorang. Hal ini nampak jelas
dalam perbuatan ataupun dalam gaya komunikasi seseorang yang mendeskripsikan
kehidupannya yang penuh dengan nilai-nilai cinta. Cinta
yang dimiliki seseorang tersirat dengan jelas juga dalam karya kesusastraan
seperti dalam novel. Dalam novel, pengarang menggambarkan penokohan atau tokoh
yang mengekspresikan dirinya atau menghidupi nilai-nilai romantis. Dengan
demikian, unsur romantisme aspek
percintaan dapat diketahui dengan gemblang dari tokoh atau
penokohan seseorang dalam novel.
Aspek percintaan dapat didefinisikan sebagai sebuah
ungkapan rasa kasih sayang atau perasaan suka seseorang antara pihak laki-laki dan perempuan (Anwar, 2003 : 110).
Hal yang menggambarkan aspek percintaan adalah mengenai persolan birahi, perasaan saling menyukai, menaruh kasih sayang, simpatik,
selalu teringat dan terpikir
dalam hati, susah hati, risau, kemesraan, sedih dan perasaan-perasaan lainnya.
Menurut
Faruk (dalam Fitrianingsih, 2016) menyatakan bahwa aspek romantisme percintaan dalam sebuah
novel merupakan perpaduan
atau kesatuan antara kehidupan dunia nyata dan dunia ideal.
Tolok ukur analisis aspek percintaan dalam novel romantisme berkaitan erat
dengan perihal kasih
sayang antara pelaku
utama dan pelaku lawan jenisnya, seperti cinta, kemesraan, perasaan sedih dan
perasaan lain sebagainya.
- Aspek Ekspresi
Ekspresi
merupakan sebuah unsur penting dalam sebuah karya sastra. Dalam novel ekspresi
memainkan peranan sangat penting. Hal ini bertujuan untuk menghidupkan susasana
cerita yang digambarkan oleh pengarang dalam diri tiap tokoh atau penokohan. Pada zaman romantisme, ekspresi
digambarkan atau dilukiskan dengan perasaan emosi, hasrat cinta yang tidak dikendali,
dan lain sebagainya. Menurut Planap (dalam Retnowati, Widhiarso dan Rohmani.
2003) aspek ekspresi mencakup: a) raut muka yang ditandai dengan rasa riang,
sedih, nangis, dan lain lain, b) pengungkapan kata seperti gerutu, mengomel,
dan lain sebagainya, c) isyarat gerak, dan d) kontrol.
3. Aliran Dalam Karya Sastra
Romantisme
yang merupakan sebuah gerakan seni sastra dan intelektual yang lahir pada
revolusi industri di Eropa Barat pada abad ke XVIII memiliki sejarah
perkembangannya. Aliran-aliran dalam karya sastra itu adalah sebagai berikut:
a) Aliran Klasik
Aliran klasik merupakan
sebuah
aliran yang dianut dalam
kesustraan yang paling kuno keberadaannya. Aliran ini menekankan aspek rasionalitas sebagai dasar
dalam segala sesuatu. Hal ini merujuk pada pemahaman dasar dari seorang tokoh
filosofis kondang yakni Rene Decarte, mengenai “corgito ergo sum”. Dasar pemikiran tersebut diartikan sebagai “Aku
berpikir, maka aku ada” Konsep pemikiran Descarte mengenai rasionalitas menjadi
titik pergumulan dalam dunia filsafat dan mengguncangkan dunia. Dari situlah
rasionalitas diagung-agungkan atau dibanggakan. Konsep pemikiran dari Descartes
tersebut merangsek masuk dalam karya sastra. Segala karya cipta juga harus
merujuk pada daya pikir dan imajinasi
seorang pengarang. Selain itu, aliran klasik menampilkan tema-tema cerita
klasik sebagai cerminan kehidupan. Aliran klasik dalam karya sastra seperti
novel merupakan sifat karya sastra yang bernilai tinggi. Aliran ini memiliki
keistimewahan dalam segi seni dan kemanusiaan. Namun, eksistensi aliran ini
mendapat sorotan dari kaum sastrawan sebab aliran ini dituduh mengahambat
kemajuan dan perkembangan sastra. Hal ini nampak jelas dalam kaidah-kaidah yang
dianggap rigid atau ketat dalam pembahasannya.
b)
Aliran Romantik
Eksistensi
aliran romantik merupakan
tanggapan atas kemapanan rasionalitas yang mendominasi. Kehadiran romantisme
menentang aliran neoklasikisme sebab alran ini sangat mengagung-agungkan
rasionalitas. Aliran ini sangat mengedepankan pendekatan emosional dalam
berkarya, romantisme lebih banyak
menampilkan tema-tema kehidupan dunia misteri, tema yang eksotik, cerita roman,
dan lain sebagainya, dan juga menampilkan kebebasan, serta menonjolkan perasaan
pribadi seniman. Dalam aliran romantisme, perasaan ditonjolkan dari pada unsur
rasionalitas manusia. Kehadiran aliran romantik tidak hanya menentang aliran
klasik namun merombak segala tatanan kehidupan serta kaidah-kaidah yang
mengikat kuat aturan kesusastraan. Dengan demikian, romantisme merupakan sebuah
gerakan kesenian yang menonjolkan perasaan (emotion,
passion) dan imajinasi serta intuisi (Zaidan dan Wasono, 2005: 51)
c)
Aliran realisme
Aliran
realisme merupakan aliran dalam karya sastra yang selalu memperhatikan dan
menulis sesuatu secara apa adanya dan bukan atas kekuatan imajinasi. Aliran ini
melihat segala sesuatu dengan penuh realistis. Menurut para realis sesuatu tidak boleh diperindah
atau atau dilukiskan lebih buruk dari pada keadaan sebenarnya itu dalam
pandangan yang objektif tidak seperti romantikus yang melihat sesuatu dengan
perasaan sendiri atau subjektif. Aloran ini tentu
berbeda dengan aliran romantisme yang mana suka lari ke zaman klasik yang belum diketahuinya untuk mengelakkan kepahitan
zaman dan negerinya sendiri. Aliran realisme menghendaki agar suka menghadapi zaman dan masyarakat sendiri.
3.Kerangka Konseptual
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari intensitas emosional
1. Amarah
2. Kesedihan
3. Rasa takut
4. Kenimatan
5. Malu
6. Cinta
(Golemen (dalam Ali
dan Asrori, 2008: 62-63)
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
karya Afifah Afra
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari aspek percintaan
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari intensitas emosional
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari aspek ekspresi
|
Data
Analisis novel Akik dan penghimpun Senja karya
Afifah Afra
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari aspek ekspresi
1. Raut muka
2. Pengungkapan kata
3. Isyarat gerak
4. kontrol
Planap
(dalam Retnowati, Widhiarso dan Rohmani. 2003)
|
Romantisme dalam novel Akik dan Penghimpun Senja
ditinjau dari aspek percintaan
1. Perasaan menyukai
2. Menaruh kasih saying
3. Selalu teringat dan berpikir dalam hati
4. Susah hati
5. Risau
6. Kemesraan.
Faruk (dalam Fitrianingsih, 2016)
|
Daftar Pustaka Bab 2
Tarigan,
Hendry Guntur. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar
Sastra. Bandung: CV. Angkasa.
Warsiman. 2017. Pengantar Pembelajaran Sastra: Sajian dan
Kajian Hasil Riset. Malang: UB Press.
Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ali,
Mohammad dan Mohammad Asrori. 2008. Psikologi
Remaja PerkembanganPeserta Dikdik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Retnowati,
S. Widhiarso, W. & Rohmani, K. W. 2003. Peran Keberfungsian Keluarga Pada
Pemahaman dan Pengungkapan Emosi. Jurnal
Psikologi, th XXX No. 2.
Zaidan,
Abdul Rozak, Sunu Wasono. 2005. Membaca
Romantisme Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Fitrianingsih, Endah. 2016. Romantisme Pada
Novel Soekarno Kuantar Ke Gerbang Karya Ramadhan K.H Dan Rancangan Dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: Universitas
Lampun