ANALISIS SWOT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
Yoseph Belen Keban
Pascasarjana UNMER Malang 2018
(Strategi Manajemen Pendidikan)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UURI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Berangkat dari definisi di atas peran pemerintah terutama dalam pembenahan
sistem pendidikan sangat dominan guna tercapainya tujuan pendidikan itu
sendiri. Untuk mencapai tujuan itu aneka kebijakan dikeluarkan agar pendidikan
di Indonesia berjalan pada arah yang benar. Salah satu cita-cita nasional yang
harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan dan keungg ulan bangsa
kita ditentukan oleh keunggulan sumber
daya manusia yang dimiliki, di samping sumber daya alam dan modal. Upaya pemerintah
dalam dunia pendidikan yakni dengan adanya perubahan kurikulum dari KTSP
menjadi K-13. Hal ini dilakukan untuk menciptakan atau melahirkan generasi
bangsa yang memiliki karakter cinta akan tanah air.
De
facto dalam pelaksanaan atau prakteknya pendidikan Indonesia belum menghasilkan
sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Mengenai masalah
pendidikan perhatian pemerintah kita masih sangat minim. Ini tercermin dari
beragamnya masalah pendidikan yang makin kompleks. Kualitas siswa yang masih
rendah, mengenai efektivitas program pengajaran, rekrutmen tenaga kependidikan,
minimnya sarana-prasaran dalam dunia pendidikan, sampai UU Pendidikan yang
terasa semakin kacau. Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya
dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus dilakukan secara menyeluruh.
Penanganan itu bisa saja dimuali dari sektor pendanaan, SDMnya, pemerataan
pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana serta dengan menggalakkan program
wajib belajar yang sekarang terasa mati suri, karena pada kenyataanya di daerah
pinngiran masih banyak anak usia sekolah yang tidak mencicipi indahnya bangku
sekolah pendidikan dasar. Dengan kondisi ini, maka bangsa ini akan sulit keluar
dari permasalahan pendidikan dan kompetisi global yang mensyaratkan kualitas
SDM yang maju dan berwawasan luas sehingga mampu bersaing dalam percaturan
dunia.
Dalam
makalah ini akan dibahas analisis S. W. O. T. serta penerapannya dalam
manajemen pendidikan. Analisis S.W.O.T dijadikan sebagai alat untuk membedah
kebijakan pendidikan. Diharapkan dengan analisis ini akan diketahui baik
peluang, kesempatan, ancaman maupun perbaikan sehingga dapat mengantisispasi
atau menekan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan program pendidikan
yang telah dirancang sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
itu analisis SWOT?
2. Bagaimana
langkah-langkah melakukan analisis SWOT?
3. Pentingkah
analisis Swot itu dilakukan?
4. Bagaimana
implementasi analisis SWOT dalam dunia pendidikan?
5. Seperti
apa analisis SWOT dalam Kurikulum K13 kini?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam
makalah ini adalah:
1. Mengetahui
definisi dari analisis SWOT
2. Mengetahui
langkah-langkah dalam analisis SWOT
3. Memiliki
gambaran tentang seberapa penting analisis SWOT itu bagi sebuah lembaga atau
organisasi
4. Mengetahui
bagaimana implementasi analisis SWOT dalam dunia pendidikan
5. Mengetahui
analisis SWOT dalam penerapan kurikulum K-13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisis SWOT
2.1.1. Pengertian
Analisis
SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup
upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
menentukan kinerja perusahaan (Nizak,2013). Sedangkan menurut Fredi Rangkuti
(2004:18) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Term “strategi” menjadi kata kuncinya. Strategi seperti yang kita ketahui merupakan
sebuah cara atau kiat yang digunakan oleh organisasi atau lembaga sebagai
contoh Perusahan dalam hal ini untuk mencapai tujuan yang diidealkan. Analisis
ini diterapkan di setiap perusahan agar dapat berkompetisi atau mampu berdaya
saing dengan perusahan lainnya. Artinya bahwa analisis SWOT ini dijadikan
sebagai alat dalam perusahan untuk membuat strategi agar mampu bersaing dengan
perusahan lain. Dengan demikian, SWOT merupakan singkatan dari strenghts, weakness, opportunities, dan threats.
Secara sederhana SWOT dipahami sebagai pengujian
terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan
atau peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai
langkah awal dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan strategis dalam
berbagai terapan. Menurut Burhanuddin, (2005), model analisa SWOT bisa dianggap
sebagai sebuah metode analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat
suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Berikut ini definisi
tentang elemen SWOT (Levinayanti: 2015):
1. Strength (Kekuatan); faktor internal atau dalam yang cenderung memiliki
efek positif (atau menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga
pendidikan
2. Weakness (Kelemahan); faktor
internal atau dalam yang mungkin memiliki efek negatif (atau menjadi
penghalang untuk) mencapai tujuan suatau lembaga pendidikan
3. Opportunity (Peluang); faktor eksternal atau luar yang cenderung memiliki
efek positif pada pencapaian atau tujuan sekolah, atau tujuan yang
sebelumnya tidak dipertimbangkan
4. Threat (Ancaman); faktor eksternal atau kondisi yang cenderung memiliki
efek negatif pada pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat
tujuan absurd atau malah sulit dicapai.
Dari
definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis SWOT tidak serta
merta digunakan hanya dalam Perusahaan. Artinya bahwa analisis ini dapat diterapkan
di lembaga-lembaga lainnya seperti Pendidikan, LSM, atau lembaga usaha lainnya.
Dalam dunia pendidikan analisis SWOT
digunakan untuk melakukan langkah-langkah strategis agar mampu berdaya saing
atau berkompetisi dalam perubahan zaman. Tentu saja analisis ini digunakan
sebagai pisau bedah untuk melihat kelemahan, kekuatan secara internal lembaga
dan juga melihat peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Hal ini dilakukan
agar mampu menjawab tujuan ideal dari pendidikan itu sendiri.
2.1.2.
Tahap-tahap dalam Analisis SWOT
Dalam
melakukan sebuah analisis dibutuhkan beberapa tahapan tertentu. Hal demikian
juga dapat dijumpai dalam analisis SWOT. Adapun beberpa tahap-tahap dalam
melakukan analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi
kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal) secara umum pada semua komponen
sebagai contohnya dalam dunia pendidikan atau perusahan.
b. Indetifikasi
kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diangap cocok atau layak untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi dilangkah pertama.
c. Lakukan
analisis SWOT lanjutan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam konteks yang hendak dianalisis misalnya manajemen perusahan, atau
pendidikan
d. Rumuskan
strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan lebih lanjut.
e. Tentukan
prioritas penanganan kelemahan dan ancaman serta membuat sebuah rencana
tindakan untuk menanganinya.
2.1.3. Jenis Analisis SWOT
Ada dua jenis analisis
SWOT yakni:
1. Model
Kuantitatif
Asumsi dasar dari model
ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi
berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan pasti
ada kelemahan dan dari setiap peluang pasti selalu ada ancaman. Ini berarti
setiap satu rumusan S, harus berpasangan dengan W dan begitu juga dengan O dan
T. Setelah dipasangkan langkah
berikutnya adalah melakukan penilaian dengan cara memberikan skor pada masing-masing
sub-komponen.
2. Model
Kualitatif
Urutan dalam model ini
tentunya tidak berbeda jauh dengan model kuantitatif. Perbedaannya hanya
terletak pada pembuatan sub-komponen dari masing-masing komponen. Pada model
kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W dan juga pada
O dan T, sedangkan pada model kualitatif hal itu terjadi. Setiap subkomponen
masing-masing berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu dengan yang
lainnya. Hal ini berarti pada model ini tidak dapat dibuatkan diagram
certesian.
2.1.4.
Pentingkah
Analisis SWOT
Analisis
SWOT seperti yang telah didefinisikan di atas tentunya memiliki andil atau peran
penting dalam memajukan sebuah lembaga atau organisasi. Dengan demikian lembaga
atau organisasi bisa menggunakan analisis SWOT ini sebagai salah satu dari sekian banyak analisis
yang lainnya untuk membuat strategi bagi organisasi atau lembaga yang dimaksud.
Analisis ini digunakan sebagai dasar untuk menerjemahkan visi, misi, dan tujuan
sehingga menjadi program kegiatan yang lebih berguna. Meskipun sebuah lembaga
itu memiliki visi yang mantap, misi yang jelas, dan tujuan yang begitu bagus
tapi tidak memiliki strategi yang baik maka lembaga atau organisasi itu tidak
dapat berkembang dan tidak mampu berdaya saing.
Oleh karena itu, analisis SWOT
memiliki kaitan dengan visi, misi, tujuan dan program dari lembaga atau
organisasi. Hal ini pula berlaku di lembaga pendidikan formal.
2.2.
Implementasinya
dalam Dunia Pendidikan
2.2.1. Analisis SWOT dan Implementasinya dalam dunia
Pendidikan
Analisis
SWOT yang acapkali diterapkan dalam Perusahaan dapat dijadikan referensi dalam
dunia pendidikan. Pendidikan sebagai sebuah lembaga tentunya membutuhkan
strategi-strategi agar mampu menyaingi atau mampu berdaya saing dengan lembaga
pendidikan lainnya. Artinya bahwa sebuah lembaga pendidikan harus mampu menjual
“nilai lebih” yang tidak ada atau tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan
lainnya. Dengan demikian, sebuah lembaga pendidikan harus mampu mengevaluasi
jalannya pendidikan selama ini. Salah satu metode dalam pengevaluasian itu adalah
menggunakan analisis SWOT. Analisis ini
didasarkan pada cara berpikir yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunites) dalam dunia pendidikan dan
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threasts).
Dalam
dunia pendidikan analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis berbagai
kebijakan. Banyak hal yang dijumpai baik dari segi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman. Hal-hal itu dijumpai baik dari faktor internal maupun eksternal. Dengan
analisis SWOT diharapkan lembaga pendidikan dapat melakukan langkah-langkah
strategis. Hal tersebut untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai lembaga. Lalu,
bagimana langkah atau tahap analisis SWOT dalam dunia pendidikan? Berikut akan
dibahas satu persatu komponen analisis SWOT dalam dunia pendidikan.
a.
Kekuatan
Faktor
kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah komponen khusus atau
keunggulan-keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai lebih atau
keunggulan komperatif lembaga pendidikan itu tersebut. Hal ini bisa ditemukan
atau ditelisik dari output lembaga
pendidikan misalnya keterampilan atau skill
yang disalurkan kepada peserta didik, lulusan terbaik, atau pun kelebihan-kelebihan
lainnya yang membuat lembaga tersebut
unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memberikan kepuasan bagi steakholder
ataupun pelanggan dalam hal ini orang tua, peserta didik, masyarakat
dan bangsa. Contoh keungulan yakni citra positif lembaga, sumber keuangan yang
jelas, loyalitas pengguna, dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan
serta dukungan sarana pendidikan yang memadai.
Analisis SWOT dalam dunia pendidikan
sangat penting untuk mengenali atau mengetahui dengan gamblang kekuatan dasar
lembaga pendidikan itu sendiri. Pengenalan kekuatan lembaga pendidikan sangat
penting supaya mampu mendongkrak image
lembaga. Hal ini sebagai langkah awal menuju pendidikan yang berbasis kualitas
tinggi. Mengetahui kekuatan dan merefleksikannya adalah sebuah langkah besar
untuk menuju kemajuan lembaga pendidikan itu sendiri.
b.
Kelemahan
Dalam
dunia pendidikan pasti memiliki sisi lemahnya. Kelemahan yang ada merupakan hal
wajar dan tinggal saja bagaimana caranya meminimalisir atau memperbaikinya.
Kelemahan yang ada dalam dunia pendidikan saat ini bisa saja lemah dalam sarana
dan prasarana pendidikan, kualitas pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat,
tidak sinkronnya hasil lulusan dan kebutuhan masyarakat, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor
kelemahan yang harus dibenahi oleh para pengelolah lembaga pendidkan antara
lain: lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan, sarana dan prasarana dalam dunia
pendidikan, lembaga pendidikan swasta umumnya kurang bisa menangkap peluang, output lembaga pendidikan belum
sepenuhnya bersaing dengan output
lembaga pendidikan lainnya.
c.
Peluang
Peluang adalah suatu
kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi bagi
lembaga pendidikan. Formulasi lingkungan misalnya: kecendrungan penting yang
terjadi dikalangan peserta didik, identifikasi suatu layanan pendidikan yang
belum mendapat perhatian, perubahan dalam keadaan persaingan, dan hubungan
dengan pengguna atau pelanggan dan lain sebagainya. Lalu, apa saja yang menjadi
peluang dalam dunia pendidikan kini? Peluang pengembangan lembaga pendidikan
kini adalah: (1). Di erah yang sedang berada dalam krisis nilai ini diperlukan
peran serta pendidikan agama yang lebih dominan. Krisis nilai yang dimaksud di
sini adalah nilai moral, etika. (2). Pola kehidupan masyarakat modern yang
cendrung konsumtif dan hedonis tentunya membutuhkan lembaga pendidik. Lembaga
pendidikan harus cepat menangkap peluang yang ada.
d.
Ancaman
Ancaman
merupakan kebalikan dari peluang. Ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika ancaman itu tidak
segera diatasi maka akan menjadi sebuah penghalang bagi majunya lembaga
pendidikan. Salah satu contoh ancaman dalam dunia pendidikan kini adalah minat
peserta didik baru yang semakin menurun setiap tahun, kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan lain sebagainya.
2.2.2. Contoh Analisis SWOT dalam
Kurikulum K-13
Pada hakikatnya kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Suparlan, 2012:36). Berangkat dari definisi itu,
kurikulum tersebut setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam
kurikulum yaitu komponen tujuan pendidikan, komponen proses, dan komponen
evaluasi. Kurikulum yang dirancang dikembangkan untuk memberikan keterampilan
dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan
kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditujukan untuk menciptakan tamatan
yang cerdas dan kompeten, memiliki jiwa nasionalisme dan pancasilais terutama
dalam membangun identitas budaya bangsanya (Chan dan Sam, 2007:99).
Kebijakan pemerintah untuk menganti kurikulum K-13 saat ini menjadi sorotan
dari berbagai pihak baik itu dari guru, siswa maupun orang tua. Meskipun ada
nada-nada protesnya tapi toh kurikulum ini tetap dijalankan atau dilaksanakan
sejak pada tahun pelajaran 2014/1015. Penyusunan
kurikulum 2013 tersebut merupakan upaya melanjutkan pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Berikut akan disajikan gambaran singkat
Kurikulum K-13 itu sendiri (Levinayanti:2015).
A. Latar Belakang
Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran
2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
B. Penguatan
Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum
selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan
Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan
penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah
menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational
leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk
kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Penguatan Materi Penguatan
materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik.
C. Karakteristik
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan
sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi
inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)
dan memperkaya (enriched)
antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
D. Tujuan Kurikulum
2013
Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
E. Struktur Kurikulum
Kompetensi inti
dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.
Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi
sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Dari
gambaran singkat di atas dan juga penerapan kurikulum K-13 dilapangan selama
ini kiranya dapat dianalisis lebih jauh unutk mengetahui atau mengukur
efektifitasnya. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT.
Seperti apa kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman dari kurikulum K-13?
Keempat komponen dalam analisis SWOT dapat dijadikan pisau beda dalam menganalisis
penerapan kurikulum K-13 itu sendiri. Berikut akan ditampilkan tabel
analisisnya.
NO
|
Analisis
|
Kurikulum 2013
|
1
|
Strengths
(Kekuatan)
|
a. 1) Lebih menekankan pada
pendidikan karakter, agar peserta didik lebih kreatif dan inovatif. Pada
akhirnya diharapkan pendidikan karakter juga penting yang nantinya
terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan
karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
b. 2) Memiliki sifat Eksporasi,
peserta didik memiliki kesempatan untuk “mencari informasi yang luas dalam
topik/tema yang sedang dipelajari”.
c. 3) Pendekatan Saintifik,
berupa kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
|
2
|
Weakness
(Kelemahan)
|
a.
Penilaian Sikap spiritual dan sosial yang rumit dari sisi
administratif, mengingat jumlah siswa yang bisa mencapai puluhan hingga
ratusan yang harus diamati seorang guru dan perlu dipertanyakan secara
substantif-merupakan aspek yang mendesak untuk dievaluasi.
b.
Beban tatap muka min. 24 jam/minggu bagi guru diluar tugas-tugas
lain, jumlah mata pelajaran dan jam belajar siswa serta beban siswa, perlu
dikaji kembali dengan melibatkan juga ahli psikologi pendidikan dan
perkembangan, misal LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan).
c.
Rumusan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar mengandung
kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika.
d.
Bertambahnya jam pelajaran perminggu, menjadi: SD 4 jam, SMP 6
jam, SMA 2 jam, dan SMK menjai 48 jam/minggu. Dalam hal ini tidak
ada penjelasan lebih lanjut. Indonesia termasuk jumlah hari tertinggi waktu
belajarnya didunia, sama dengan Korea Selatan.
|
3
|
Opportunities
(Peluang)
|
1)
Kesiapan terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan
memicu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon
guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
Menjadi peluang bagi guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan
dari program sekolah.
2)
Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP juga diklaim
berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran
menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran
K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini
dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-buku K13 persis
sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi
pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema
tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang
dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal,
tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan
Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan
buku terbitan pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan,
belum tentu setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
3)
Digunakannya pendekatan tematik. Kalau ada bagian yang dipandang
berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13 dan KTSP. Di jenjang sekolah
dasar, pembelajaran tematik K13 diberlakukan pada seluruh tingkatan kelas,
sementara sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah (kelas 1-3). Hanya saja,
berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah, struktur
materi pelajaran (sub tema) mulai kelas IV ke atas tidak lebih
dari kliping materi pelajaran yang berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk
menyamarkan mata pelajaran ke dalam tema-tema yang telah ditentukan. Dengan
kata lain, substansi pembelajaran pada K13 sebenarnya tidak berbeda dari
sebelumnya, sebab yang berbeda hanya dalam penempatannya.
|
4
|
Threats
(Ancaman)
|
o Rumusan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013 mengandung kelemahan-kelemahan
dari sisi subtansi dan logika, sehingga berpengaruh kepada
Indikator-Indikator Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.
o Ditiadakannya TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena bukan sebagai mata pelajaran,
tetapi sebagai media pembelajaran.
o Perbedaan mendasar
K13 dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya
berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti (KI).
Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih
berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang
dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang
terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema
yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya
dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan
subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian
untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan
dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah
jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru
mampu mengkaitkan keduanya.
|
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis
SWOT dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah
organisasi atau lembaga serta peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Jika
diterapkan dalam lembaga pendidikan maka analisis SWOT dapat dipahami sebagai
bentuk pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal lembaga pendidikan
serta melihat peluang dan ancaman lingkungan pendidikan itu sendiri. Analisis
SWOT digunakan dalam ruang lingkup pendidikan sehingga kita dapat memperoleh
gambaran secara menyeluruh mengenai situasi pendidikan itu sendiri. Hal ini
dapat membantu dalam pengembangan sebuah visi, misi di masa depan agar dapat
menjawabi tujuan pendidikan itu sendiri. Hasil dari analisis SWOT ini adalah
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang
yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
3.2. Saran
Diharapkan
kepada semua pihak baik itu pemerintah, lembaga pendidikan dan juga semua orang
yang berkepentingan dalam dunia pendidikan untuk selalu bekerja keras dalam
meningkatkan kekuatan sekolahnya dengan memanfaatkan peluang yang ada, terus
berinovasi, memperbaiki diri dan administrasi agar dapat meningkatkan kualitas
dunia pendidikan itu sendiri.
Daftar
Pustaka
Burhadnuddin, Arif, 2005. Analisis SWOT dalam Pendidikan. dalam https://www.google.co.id/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/25/analisis-swot-dalam-pendidikan-2/amp/
diakses pada Senin, 01 Oktober 2018.
Chan, Sam M dan Tuti T. Sam, 2007. Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era
Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Freddy Rangkuti, 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Graedia.
Nisak, Zuhrotun, 2013.
“Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi
Kompetitif” dalam http://www.journal.unisla.ac.id/pdf/12922013/4.pdf
diakses pada Rabu, 03 Oktober 2018.
Suparlan. 2012. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan
Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
http://soerya19.blogspot.com/2015/01/analisis-dan-implementasi-kurikulum-2013.htm
diakses
Rabu,03
Oktober 2018.
http://www.levinayanti.com/2015/01/analisis-teori-swot-pada-kurikulum-2013.html
diakses pada Rabu 03 Oktober 2018
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-masa.html diakses
Selasa, 02 Oktober 2018.